Binance Mencari Cara Kembali ke Pasar Jepang Setelah 4 Tahun

https://academy-public.coinmarketcap.com/optimized-uploads/7dcc2df4d2d34a898afaeef160490ea3.jpg
Sumber: coinmarketcap.com

Binance, cryptocurrency exchange terbesar di dunia sedang berusahan mendapatkan lisensi untuk dapat beroperasi di Jepang setelah empat tahun angkat kaki karena tidak memiliki izin.

Jepang perlahan melakukan pelonggaran terhadap kripto dan potensi substansial untuk pertumbuhan penggunanya merupakan alasan utama bagi Binance untuk melirik kembali Jepang sebagai negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengagendakan untuk menghidupkan kembali roda ekonomi di bawah aturan "New Capitalism" termasuk mendukung pertumbuhan yang disebut sebagai Web3. Istilah "Web3" mengacu pada visi internet terdesentralisasi yang dibangun di sekitar blockchain, teknologi yang mendasari kripto. 

"Rasanya tidak pantas jika kita mengomentari percakapan dengan para regulator", kata juru bicara Binance sebagai tanggapan atas permintaan untuk komentar berita yang beredar. Binance "berkomitmen untuk bekerja dengan regulator dan pembuat kebijakan untuk membentuk kebijakan yang melindungi konsumen, mendorong inovasi, dan memajukan industri kami", tambah juru bicara tersebut. Seorang pejabat di Financial Services Agency menolak untuk berkomentar.

Bulan lalu, regulator keuangan Jepang mengusulkan untuk meringankan aturan pajak perusahaan yang bergerak di aset kripto. Kelompok advokasi telah menyarankan untuk melakukan perubahan dengan mengatakan bahwa pajak perusahaan yang tinggi menyebabkan beberapa perusahaan pindah ke Singapura dan beberapa negara lainnya.

Binance bukan satu-satunya perusahaan asing yang ingin masuk ke pasar kripto Jepang. Amber Group yang didukung Temasek tahun ini mengakuisisi DeCurret Inc., crypto exchange yang telah beroperasi di negara ini sejak 2018.

Langkah-langkah yang dilakukan Jepang agak kontras jika kita melihat regulasi yang lebih ketat yang muncul di berbagai negara setelah jatuhnya pasar yang menghapus aset digital senilai US$2 triliun (Rp. 30.306 triliun) dari puncak tahun lalu menyebabkan kebangkrutan di institusi crypto hedge fund dan lenders.

Sumber: twitter cz_binance

Salah satu miliarder pendiri Binance Changpeng "CZ" Zhao pada tahun 2018 membuang rencana untuk membangun base di Jepang, menyusul investigasi dari regulator sekuritas yang mengarah pada pemberitahuan resmi untuk berhenti beroperasi di negara tersebut tanpa lisensi. Peringatan yang sama dilayangkan tiga tahun kemudian karena tidak mematuhi aturan dalam melakukan registrasi.

Di Asia, Binance hadir di beberapa negara termasuk Thailand, Malaysia, Indonesia, dan India melalui kemitraan. 

Binance sendiri menjadi target penyelidikan regulasi di berbagai yurisdiksi, termasuk AS. Sebagai tanggapan, Binance mengatakan bahwa mereka bekerja dengan pihak berwenang dan akan terus memenuhi persyaratan dan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan pejabat-pejabat terkait.

0 Komentar

Untuk menyisipkan kode pendek, gunakan <i rel="code"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan kode panjang, gunakan <i rel="pre"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan <i rel="image"> ... URL GAMBAR ... </i>